Desa merupakan tempat dimana
tempat tumbuhnya ekonomi agrikultur, akan tetapi pada perjalanannya, desa
menemukan kesulitan dalam proses produksi dan penjualan hasil komoditas pertanian,
perkebunan, dan kelautan yang didapatnya.
Koord. Kajian dan Riset Lembaga
Kaki Publik, Adri L Pian menyatakan bahwa, pertumbuhan ekonomi desa mengalami
kemandekan yang disebabkan oleh ketiadaan proses produksi dan laju arah ekonomi
yang tidak pasti. “sejauh ini, pejabat desa tidak mampu mendorong ekonomi desa,
selain memanggil investor untuk menggali potensi daerah, yang artinya, desa
menyerahkan laju ekonomi di desa kepada pembangunan pihak swasta”.
Menurutnya, menyerahkan laju
ekonomi kepada pihak swasta bukanlah solusi utama dalam mengembangkan
perekonomian di desa, “Kita coba melihat di beberapa Kabupaten, seperti
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Pariaman, dan Kabupaten Kerinci. 3 kota ini
memiliki lahan agrikultur yang begitu luas, akan tetapi pertumbuhan ekonomi
dari ketiganya sangat berbeda. Kabupaten Bekasi misalnya, yang sebagian besar
lahan pertanian berubah menjadi lahan perumahan, dampak ekonomi tidak begitu
mengalami pertumbuhan yang signifikan, karena sebagian masyarakat justru
mencari lahan pekerjaan sebagai karyawan buruh di pabrik-pabrik yang
pendapatannya di bawah gaji UMR.” Katanya.
Selain di Kabupaten Bekasi, Adri
menyatakan bahwa Kaki Publik pun melakukan penelitian di daerah Kabupaten
Pariaman, “Lalu kita lihat Kabupaten Pariaman, masyarakat yang cenderung
merantau ini disebabkan sulitnya hidup di Pariaman, karena pertanian dan
perkebunan tidak dapat berkembang jika hasilnya dibayar murah, sedangkan proses
produksinya begitu mahal dan sulit, seperti mendapatkan bibt dan pupuk. Untuk
hasilbergerak dibidang peternakan pun terasa sulit, mengingat para pembeli
hanya menghargainya murah. Bahkan para petani kebingungan menjual hasil
pertanian dan perkebunannya.” Ucap Adri memaparkan hasil penelitiannya.
Adri melanjutkan temuannya di
Kabupaten Kerinci yang memiliki sikpa optimis di masyarakatnya. Dilihat dari
opini yang berkembang di kalangan masyarakat pun positif, masyarakat kerinci
memang tumbuh dengan hasil perkebunan, pertanian, dan peternakan, karena
pemerintah mendukung penuh hasil perkebunan, pertanian, dan peternakan
masyarakat Kabupaten Kerinci. “Pandangan yang jauh berbeda jika kita melihat
lebih dalam di Pemerintahan Kabupaten Kerinci. Pemerintah menyediakan ruang
bagi peternakan, petani, dan perkebunan dengan membentuk unit pelaksana teknis
dinas pasar-pasar tengkulak yang berfungsi sebagai tempat jual-beli hasil
perkebunan dan tersebar di setiap kecamatan.”
Adri mengungkapkan, meskipun
hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan masyarakat kerinci tergolong murah
dibandingkan informasi yang tersebar di media elektronik, masyarakat
berpendapat bahwa kemudahan penjualan hasil pertanian yang selama ini berjalan
sudah cukup. Karena baik petani, maupun peternak telah mendapatkan 3 kali lipat
dari modal yang mereka keluarkan, dan mereka pun tidak segan-segan memberikan
5% dari hasilnya tersebut kepada pihak terkait, seperti pihak yang bersedia
menggiling hasil padi, dan kopi. “di Kerinci, tidak sulit menemukan mereka yang
memiliki usaha penggilingan yang juga masih masyarakat sipil, dan juga berkebun
di tanah miliknya.” Ungkap Adri.
Dan kini, dengan anggaran desa
yang telah dikucurkan oleh pemerintah pusat, Adri berharap bahwa pejabat desa
dapat memfasilitasi hasil komoditas di desanya dengan memanfaatkan anggaran
desa sebaik mungkin. Sehingga desa dapat menjadi fondasi bagi pertumbuhan
ekonomi yang merata. (Red)
0 komentar:
Posting Komentar