Selasa, 01 Januari 2019


Di indonesia, tak hanya banyak pemandangan dan tempat wisata yang sangat indah. Akan tetapi, ada juga tempat yang begitu misteri seperti anak gunung krakatau. Misteri itu pun seolah belum terpecahkan, manakala anak krakatau sering dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan lokal maupun asing.

Padahal, sebagai tempat yang indah, digunung tersebut kadang juga bisa digunakan sebagai hiking atau tracking. Manakala para wisatawan naik puncak dan berfoto. Tetapi, dibalik tempat wisata tersebut yang kemudian menyimpan sebuah misteri yang membuat wisatawan ingin mengetahui tempat tersebut. Dimana tempat tersebut sudah tua atau sudah sangat lama sekali.

Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunung paling aktif di Indonesia. Gunung yang terletak di selat Sunda ini pernah meletus dahsyat pada tahun 1883, saat itu sebagai Gunung Krakatau. Pulau Anak Krakatau adalah pulau vulkanik kecil, yang muncul di antara Pulau Sertung dan Pulau Rakata Kecil atau Pulau Panjang.

Pada tahun 1927, di titik yang dulunya adalah laut dengan kedalaman 27 meter dan sebelumnya pernah menjadi bagian daratan Pulau Rakata. Letusannya menimbulkan gempa dan tsunami yang menewaskan puluhan ribu jiwa terutama penduduk di Jawa Barat dan daerah timur Sumatera.

Bumi juga sempat mengalami perubahan iklim akibat tertutupnya atmosfer oleh kabut. Akibat letusannya sendiri, badan gunung yang dulunya tinggi menjulang kelangit, sekarang telah sirna dan digantikan dengan gunung yang baru yang disebut anak gunung Krakatau. Hingga sekarang ini, Gunung Anak Krakatau masih menyimpan bahaya yang harus patut diwaspadai oleh semua orang baik lokal maupun asing. Akibat keganasannya, gunung ini dikeramatkan oleh warga sekitar.

Seusai letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, Pulau Rakata kehilangan kira-kira 2/3 tubuhnya di sisi barat laut, melenyapkan puncak Gunung Perbuwatan dan Gunung Danan, serta menyisakan paruh selatan Gunung Krakatau dan bagian yang hilang menjadi laut yang dangkal. Pada tahun 1927, tanpa ada tanda-tanda sebelumnya mulai terlihat aktivitas vulkanik di titik di antara bekas-bekas puncak Gunung Perbuwatan dan Gunung Danan.

Dengan munculnya kepulan asap disertai letusan-letusan kecil. Sejak 11 agustus 1930, pulau ini tidak pernah lagi runtuh dan terus-menerus mengalami letusan-letusan. Pada tahun 1935, pulau ini terbentuk hampir bundar dengan diameter sekitar 1200 meter, ketinggian 63 meter. Pada tahun 1940, tingginya sudah mencapai 125 meter. Pada tahun 1955, pulau ini tercatat ketinggiannya sudah mencapai 155 meter dari permukaan laut. Akhirnya, titik tertinggi pulau ini terus meningkat dengan laju 7-9 meter per tahun, dan hingga catatan terakhir bulan september 2018, ketinggianya mencapai 338 meter dari permukaan laut.

Para wisatawan diperbolehkan untuk mendaki gunung api tersebut. Namun sebelum para wisatawan mendaki, para pendaki harus mendapatkan surat izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat, yaitu Surat Izin Masuk Kawasan konservasi (SIMAKSI). Setelah mereka sudah diizinkan oleh BKSDA, barulah mereka sudah diperbolehkan untuk mendaki.

Berdasarkan pengalaman dari beberapa pendaki, banyak hal mistis yang menyelimuti Gunung Anak Krakatau ini.  Anak gunung Krakatau bisa dilihat biasa saja, namun kata masyarakat setempat sering kali mendengar suara-suara ramai dari kejauhan, padahal disaat itu tidak ada sama sekali orang.

Selain itu, kadangkala masyarakat sekitar melihat wujud-wujud hewan yang seharusnya tidak hidup di wilayah Anak Gunung Krakatau. Dikarenakan pulau tersebut mempunyai evolusi dijaga dengan ketat dan sampai sekarang ini hanya ada hewan burung-burung dan hewan kecil. Pengunjung juga sering melihat hewan seperti kadal yang ukurannya sangat besar dan burung yang sangat besar.

Dalam kenyataannya, polisi hutan sudah melakukan patroli di wilayah Anak Gunung Krakatau setiap hari, tetapi tidak pernah menemukan dan tidak mendapatkan hewan-hewan aneh tersebut seperti yang diinformasikan oleh masyarakat sekitar. Beberapa pendaki dan masyarakat setempat juga sering mendengar suara dagelan dan wayang dari kejauhan, padahal kondisi di Gunung Anak Krakatau sepi dan sunyi.

Hubungan antara manusia dengan keindahan yaitu pada dasarnya keindahan dapat dirasakan setiap manusia berbeda-beda tergantung dari pandangan manusia masing- masing tersebut akan suatu hal yang dapat membuatnya merasa tentram dan nyaman. Dimana antara manusia dengan alam itu saling membutuhkan, manakala manusia membutuhkan alam untuk kehidupan sehari-hari seperti sandang pangan dll, sedangkan sebaliknya. Cintailah alam di tanah kita, yaitu  NKRI dengan merawat, menjaga, melestarikan alamnya untuk kebaikan kita semua.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

test

Baca Juga

Recent Posts Widget

Menu Kantin

Pasang Iklan Kamu Di Sini

Recent Posts

recentposts

Popular Posts

Blog Archive

Kantin Iklan