Rabu, 17 Januari 2018


KantinPers - Pengetahuan politik mahasiswa terhadap pemilu 2018-2019 cenderung degradatif, ini karena mereka sekedar tahu bahwa bangsa ini akan melakukan pergantian kepemimpinan, mereka tidak punya ide dan giroh bagaimana memilih, mendorong dan membangkitkan masyarakat untuk menentukan siapa yang dipilih.

Faktanya, mereka cenderung menjadi “penonton” yang terbuai oleh situasi politik dimana mereka tidak mampu membangkitkan dirinya sebagai sebagai agen perubahan. Ada dua faktor kenapa posisi ini menjadi demikian, pertama faktor internal yakni sistem pendidikan yang dekonstruktif terhadap fungsi mahasiswa. Sistem pendidikan termasuk lembaga pendidikan di dalamnya kian dibentuk seperti lembaga makan dan minum siap saji. Mahasiswa didorong untuk cepat lulus tanpa mempertimbangkan kualitasnya. Mereka menjadi lemah tak berdaya, kultur akademis seperti kritis, dialogis, emansipatoris, dan sebagainya menjadi menipis, faktor eksternal yaitu kemajuan teknologi informasi dan kemajuan gaya hidup juga telah menghipnotis mahasiswa untuk tidak “sadar”. Mahasiswa lebih cenderung main game, jalan-jalan, dan menonton dibandingkan dengan membaca buku, berdiskusi dan menulis.

Kedua keterlibatan mahasiswa dalam pemilu, secara umum bahwa mahasiswa hanya menjadi pemilih biasa. Mereka tidak menjadi bagian penting dalam momen pergantian pemimpin. Peran-peran penting justru banyak dipegang oleh masyarakat umum. Kondisi ini karena mahasiswa menilai pemilu bukanlah agenda mahasiswa, melainkan agenda negara. Penilaian ini kemudian mendegradasi peran mahasiswa sebagai agen perubahan.

Menurut Koordinator Investivigasi kaki Publik Wahyudin, Peran mahasiswa dalam pemilu, menghubungkan peran mahasiswa dalam pemilu, bukan berarti membawa suasana pada masa lalu yang menyeret mahasiswa sebagai warga kampus melakukan politik praktis sebagai ajang perebutan dukungan politik terhadap salah satu calon yang akan maju dalam pemilihan umum, melainkan lebih sebagai agen perubahan sosial untuk mendorong terjadinya transformasi sosial politik dengan mengedepankan pendidikan politik yang rasional dalam perspektif pengembangan demokrasi dalam kemajuan masyarakat.

Peran tersebut dapat dimainkan oleh mahasiswa sebagai warga kampus yang secara umum dapat disebut sebagai sumber insani pembangunan dengan menjadi kader-kader bangsa yang handal secara leadership (kepemimpinan manajemen-organisasi), kemampuan intelektual sehingga sehingga dengan ilmu dapat mendiaknosa (mente-rapi) kebutuhan-kebutuhan terhadap problem kebangsaan, mempunyai dedikasi dan moralitas yang tinggi untuk menegakkan aturan dan tata perundang-undangan serta etika moral, dan gerakan politik yang kekuatannya diakui sebagai gerakan moral di setiap orde pemerintahan.

Mahasiswa harus aktif disegala bidang, termasuk tidak apatis terhadap kenyataan yang ada. Mahasiswa harus memperjuangkan rakyat yang “terpinggirkan” oleh kebijakan pemerintah yang tidak memihak. Mahaswa jangan sekedar menyibukan diri dengan urusan pribadinnya di luar. Melainkan harus mengikuti perkembangan politik yang ada, sebab ia adalah agen perubahanan, Pungkas Wahyudin.

Kantinpers - Wahyudin selaku Koordinator Investigasi Kajian dan Analisa Keterbukaan Informasi Publik (KAKI PUBLIK).

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

test

Baca Juga

Recent Posts Widget

Menu Kantin

Pasang Iklan Kamu Di Sini

Recent Posts

recentposts

Popular Posts

Blog Archive

Kantin Iklan