Rabu, 23 Mei 2012



Jadikan Becak sebagai Moda Transportasi Nasional
 
Bekasi – Pasca razia becak yang dilakukan oleh Walikota Divisi Penegakkan Perda Daerah Bebas Becak di beberapa titik lokasi di bekasi, seperti daerah jln. Ir. Juanda, jalan A. Yani, dan sepanjang jalan di depan stasiun bekasi, para pengendara becak tetap melakukan pekerjaanya.

Naman (47), bapak yang sehari-harinya bekerja dengan mengayuh becak sewaan dari seorang yang dermawan dari tahun 1985 ini tetap bersemangat bekerja di bawah terik panas matahari. Meskipun zaman seperti sudah menolaknya, naman mengaku, becak adalah sumber rizki baginya. 

Bapak yang memiliki empat orang  anak itu mengaku enggan berpindah dari sopir becak menjadi supir ojek, apalgi menjadi sopir angkutan kota. Ia lebih senang dengan becak yang ditungganginya dari dulu. Ia merasa bahwa hidup yang ia jalani saat ini bersama anak istrinya berasal dari becak, meskipun pendapatan yang di dapat tidak seberapa, namun ia cukup bersyukur menjadi sopir becak.

“saya senang dengan becak, dari dulu cuma becak ini yang nemenin saya ke mana-mana. Anak istri saya masih bisa makan aja sampai sekarang, yaa itu karena becak ini,” katanya membanggakan becak sewaanya itu.

Ketika ditanya mengenai daerah larangan becak, jari telunjuk yang terpanggang panasnya matahri itu menunjuk ke arah rambu Larangan Becak yang berada tepat di tempatnya mangkal. Ia menyebutkan dengan jelas daerah-daerah yang dilarang adanya becak, akan tetapi, ia tidak mengetahui soal adanya razia yang sudah dilakukan pekan lalu.

”saya tau daerah mana aja yang dilarang adanya becak, tapi mau gimana lagi, saya udah lama sama becak ini, kalau enggak, mau darimana nanti saya makan?,” cerita bapak yang sehari-harinya tidak tinggal di rumahnya itu.

Bapak naman yang seharinya-harinya tinggal menumpang di warung-warung klontong di sekitar tempatnya mangkal itu bercerita mengenai dirinya yang sudah lama menarik becak. Sejak tahun 1985, bapak yang keluarganya tinggal di daerah gabus ini, tidak berminat untuk pindah ke ojek, meskipun salah satu anaknya memiliki sepeda motor di rumah. 

Ia mengaku sering kelelahan setelah mengantarkan penumpangnya, akan tetapi ia begitu sayang dengan becaknya. Biaya maksimal yang ia dapatkan sebesar Rp. 10.000 untuk jarak 1,5 km, dan itupun penumpang masih menawarnya.

“saya bersyukur, anak saya udah pada gede. Anak saya minta saya untuk ngojek, tapi saya udah seneng sama becak saya. Memang tidak seberapa pendapatanya, paling gede itu sehari bisa dapet Rp. 40.000,- setoran Rp. 3.000,-/hari,” cerita bapak itu tanpa keluhan apa pun yang keluar dari mulutnya.

“Saya paling jauh nganter sewa itu sampe kelurahan, jaraknya 1,5 km, sopir-sopir becak semuanya rata minta Rp. 10.000 untuk nyampe sana, kadang di tawar sama sewa, yaa gak apa-apa lah, saya mikir klo rizki itu tidak kemana, tapi coba liat saya, saya sehat kan?” imbuh bapak itu tersenyum.

Naman, bapak yang mengaku pernah memiliki becak pribadi namun hilang di ambil orang ketika ia tidur, berharap, bahwa subsidi BBM yang sepenuhnya tidak ia rasakan dapat berganti menjadi suatu sikap yang baik yang dilakukan oleh pemerintah kota kepada orang-orang yang sepertinya. 

Naman juga berharap pemerintah kota Bekasi bisa bersikap seperti pemerintah daerah sumenep yang mewajibkan PNS nya menunggangi becak saat berangkat maupun pulang dari kantor.

Hal serupa juga di ungkapkan oleh juragan becak dari bapak Naman,  saat rumah sederhananya di datangi, Marni (43), mengaku bahwa becak yang di sewakan kepada penarik becak tersebutuntuk memberikan lapangan kerja bagi warganya yang membutuhkan, sehingga setoran yang di tarik pun tidak besar, hanya Rp. 3.000,-/hari.

“becak saya ada 10, dan itu saya sewakan ke orang-orang yang mau kerja. Saya tau gimana susahnya nyari kerja, dan nyari uang, apalgi d tengah pembangunan kota bekasi yang kaya sekarang, dimana-mana di bangun mal, gedung-gedung tinggi, warga juga jadi tambah susah, harga barang mahal-mahal. Seharusnya, pemerintah memperhatika warga yang seperti mereka,” kata Ibu satu anak itu menjelaskan.

“saya juga kepengen walikota bekasi tu kaya walikota sumenep yang waktu ribut-ribut masalah BBM, eh, walikota sumenep malah nyuruh semua pegawainya naek becak.” Imbuhnya.

Becak seharusnya dibudidayakan oleh pemerintah menjadi kendaraan yang memiliki nilai positif, selain tidak mendapatkan subsidi, becak adalah alat transportasi yang efektif.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

test

Baca Juga

Recent Posts Widget

Menu Kantin

Pasang Iklan Kamu Di Sini

Recent Posts

recentposts

Popular Posts

Blog Archive

Kantin Iklan